
Steps Project - a day of surgery
still in Thursday, May 12, 09.00 pm
Malam pertama, bisa dipastikan seluruh penghuni rumah sakit hijau itu menginginkan pasien di kamar sepuluh untuk KELUAR!!! Jeritan dan teriakan sejak pukul 09.00 pm sampai pukul 05.30 am terlalu panjang untuk kisah horror yang beberapa periode perfilman Indonesia merajai bioskop. Para perawat di ruang Ayodya itu bukan tidak mungkin trauma mendengar dering telepon hampir setiap sepuluh menit. Yana, si kemenakan sudah ikut menangis. Kali ini bukan hanya tidak tahan dengan teriakan dan tangisan pilu tapi juga karena tangannya berulangkali ditarik dan digigit tanpa ampun. Hampir berdarah.Belum.
Meskipun berulangkali memastikan bahwa mereka sudah menambahkan dosis ekstra melalui tangan maupun infuse yang bergelantungan di atas kepala, mereka harus bolak-balik, bergantian mendatangi kamar. Sebagian datang sekedar memastikan bahwa mereka mendengar jeritan, atau yang lain datang memegang-megang infuse memastikan semua berjalan lancar, atau berbicara sejenak. Tidak ada yang mau mendengarkan permohonan yang disertai air mata
“suster, tolong saya, tambahkan obatnya..tidak tahan lagi..” (terisak-isak)
“sabar”
“saya tidak kenal kata itu suster, tolongggggggg saya…”(menghiba)
“nanti mbak overdosis kalau ditambahkan lagi, tadi sudah ditambahkan”
“biar saja mbak, tooooooooolllllll….ooooo…nnn….gggg” (terengah-engah)
“kita tunggu 8 jam lagi mbak"
"suster, ohhhh...tolongg...terlalu llllaa..mmm..aa..aa, see..ka.rang..sa..ja"
"memang begitu rasanya mbak, itu karena pasang tulang baru jadi masih adaptasi,sabar saja”
Hah?memang begitu rasanya? Maksudnya suster ini pernah juga tulangnya dipotong, diambil, dicangkok, ditarik?heh?? Sekelebat bayangan otak kiriku bereaksi tanpa menunggu perintah menarik-narik infus, menggoyang kepala sekuat mungkin dan berteriak dalam nada do tinggi.aaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhh…………di tembok hijau terlihat seperti benang infus sudah hampir melingkar di leher si suster yang paling tua, sementara suster yang lain mengangkat kedua tangannya tak mau ikut campur. Nampak sebuah bayangan lain muncul dan bilang :”berikan dosisnya sekarang, atau suster saya ganti warna bajunya jadi putih, cepattttt”
Kriiinggg….ah..bunyi telepon dari 774 membuyarkan khayalan mendapatkan dosis. Suara lembut dari seberang sana perlahan namun pasti menjadi curahan baru rasa sakit tak terkira. Mendampingi, memastikan bahwa rasa sakit ini bagian dari proses yang lebih baik untuk ke depan. Supaya bisa jalan. Para suster undur perlahan, seakan tahu ada penolong entah dari mana yang menyelamatkan mereka dari horror malam itu.
Malam itu berakhir dengan puisi panjang yang meluncur deras tak tertahan berpacu mengalahkan rasa sakit yang terus menghantam di sekujur bagian tubuh yang di operasi. Pagi sudah menjelang, mata dan persendian menyerah pada waktu.
Step Project – a surgery day : telepon dari seseorang, menemani,sangatlah penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar