Laman

Manuscript Celestine


First day on Second Week

Manuscript Celestine
. Buku ini yang pertama mengajariku bergerak dalam alam semesta. Meskipun banyak perdebatan mengenai buku ini, setidaknya saya telah lahap memakannya pada tahun-tahun pertama kuliah. Selahap memakan Dunia Sophie. Kegilaan sekaligus bentuk. Mengantar pada pada Plato “ The Republic”, Thomas Moore’s “ Utopia” Voltaire “ Candide” bahkan Karl Marx “The Communist Manifesto” Tapi seri ini tidak ingin berbincang tentang buku lain yang disebutkan terakhir. Nanti saja ada waktunya.

Tidak pernah ada yang namanya kebetulan. Setidaknya itu salah satu kata kunci di buku pertamanya. Sangat ingat waktu itu sangat bersemangat mengetahui apapun yang ada didepan mata, yang didengar oleh telinga atau yang sempat dirasakan. Kelompok Tikar Pandan, gabungan anak muda dari berbagai latarbelakang identitas agama dan suku di Jogjakarta telah membawaku hingga pada detik ini. Ah, iya tentu saja bukan hanya dari sejak bergabung dengan segerombolan orang gila yang senang bercengkrama dengan filsafat dan rajin berkumpul di rumah Romo Mangunwijaya yang sederhana dan memberi aura inspiratif itu. Namun sejak awal ketika pilihan-pilihan dilakukan.

Hidup ini adalah pilihan. Segala sesuatu yang menentukan sesuatu adalah dirimu sendiri. Itu juga yang menjadi salah satu pegangan dari isi buku ini. Pilihan yang mengantarkan pada titik sekarang ini. Konteks boleh saja membentuk pilihan itu tetapi tetap saja pilihan adalah tentang dirimu sendiri.

Konteks mengantarkan pada pilihan. Bersamaan dengan pilihan yang membawa pada konteks. Selanjutnya hanyalah bersyukur pada segala detik yang dipersembahkan pada keindahan hidup. Menikmatinya ketika memilih.

Namun Sue, mungkin tidak pernah memilih telinganya dimasuki hewan kecil berwarna kombinasi kuning,putih susu dan hitam. Serangga yang membuatnya berteriak panik sepanjang 3 km perjalanan dari rumah sakit (lihat seri lokapala). Saat itu senja, serangga sejenis itu memang banyak berkeliaran di jalan-jalan terutama tepi sawah yang berjejer di jalanan Ubud. Rrrrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhhhhhhhhh tidak hanya membuatnya panik berteriak dan mengetuk rumah di tepi sawah yang sayangnya kosong meski suaranya hampir habis berteriak memanggil. Lalu pasrah hampir menyerah menyeret motor warna pink-nya ke klinik Yayasan Bumi Sehat.

Hari itu, memang sudah dijadwalkan oleh Dede, Jim dan Amy untuk mengunjungi Klinik Bumi Sehat, sebuah yayasan yang bekerja untuk kesehatan ibu-ibu hamil, dikelola oleh ibu Robin Lim. Mereka dalam perjalanan ke Nusa Tenggara dan singgah sebentar di Bali. Namun tidak menyangka saat sedang berbincang tentang aktivitas Bumi Sehat melihat seorang gadis berusia menjelang tigapuluhan, bule, turun bergegas dari motornya lari dan berteriak-teriak histeris sambil memegang telinganya “something in my ear…please,please..get it out…get it..get it…Ouch…!!”

Beberapa menit kemudian mereka berkenalan. Masih dengan rasa sakit di telinga. Hari itu, Mr. Bug tidak mau keluar dari telinga Sue. Serenna yang menemani Sue dalam proses itu.

Saat membincangkan soal terapi lilin di telinga Sue yang sehari setelah malam itu baru berhasil mengeluarkan serangganya, Sherrena teringat para saksi mata teriakan histeris Sue. Mereka dari Alam Aksara, sebuah organisasi yang bergerak di isu pendidikan untuk anak, khususnya memberikan bantuan beasiswa bagi anak. Tangannya bergerak memencet tombol telepon genggam sambil berbicara tentang keinginannya melihat sanggar anak yang sedang kubangun bisa lebih berkembang.

Malam itu, pembicaraan kurang dari 30 menit. Dede, jim dan Amy dari Alam Aksara rombongan pengunjung saya sekeluar dari rumah sakit. Rasa berat di kaki masih terasa di bawah sana jika digantung terlalu lama, sehingga butuh dibaringkan. Namun istana Lilo jadi tempat yang sempurna untuk kami berkumpul bicara tentang masa depan anak-anak pasca konflik Poso. Tentang mimpiku. Rasa berat dikaki terasa meringan, bahkan perihnya sedikit berkurang beberapa menit kemudian.

3 hari kemudian, email dari Jim. Lalu email dari Dede. Berlangsung intensive.

Siapa yang mengira rrrrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhhhhhhhhh ditelinga Sue akan membawa keberuntungan pada beberapa anak-anak pasca konflik untuk punya akses pada banyak buku dan bahkan akses untuk pendidikan mereka? Bahkan, lalu, siapa yang menyangka kecelakaan dua tahun yang lalu membawaku pada titik ini?

Thank You, a universe…

Step Project : suffering has meaning,you couldn't avoid it, just accept and learn from it...and its will become a miracle..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar