
Sering mendengar kata banyak orang, termasuk dr. Wien, bahwa obat yang terbaik adalah semangat. Teknologi adalah alat pendukung, karena itu hal yang kedua setelahnya adalah makanan. Makanan tidak hanya sekedar agar tidak merasa lapar, namun juga mengalirkan kehidupan. Termasuk pada bagian tubuh yang sekarang ini sedang membutuhkan transmisi energi tingkat tinggi.
Mungkin itu sebabnya juga di setiap resep obat yang diberikan, sebelumnya sudah tercetak paten pilihan sesudah atau sebelum makan. Sehingga hanya membutuhkan angka berapa kali dalam sehari di setiap plastik resep obat. Bahwa setiap satu pil obat yang juga pendukung hanya boleh disertai kata makan. Jenis makanan juga penting. Dan cara memasak, selalu bagian paling mengasyikan dan menantang. Terutama di Lokapala.
Sue, seorang vegetarian. Maka tahu, tempe, telur dibolak-balik dalam setiap hari dalam setahun. Saya sendiri semi vegetarian, well, bukan vegetarian asli tapi memang hanya konsumsi ikan dan berhenti konsumsi daging. Pilihan untuk makan makanan yang mendukung pembangkit energi tingkat tinggi untuk disalurkan ke semua bagian tubuh terutama dalam wilayah daginger dan tulanger baru tak pelak jadi pertimbangan setiap hari.
Namun yang namanya lidah, tetap lidah Sulawesi. Bukan hanya isi porsi makan tapi juga bumbunya. Maka jadilah setiap pagi yana harus menerima resiko mendapat lirikan dari para pekerja di samping vila yang sedang membangun rumah baru, dalam perjalanannya ke pasar tradisional. Kemangi, daun sereh, lengkuas, kunyit, jahe, daun lemon, daun bawang , cabe dan tomat menjadi penyembuh lidah. Pertama-tama memang lidah, karena akan menentukan bagaimana perut meresponnya dan berbaik hati membagi tugas masing-masing khasiat dari setiap resep utama mengalirkan energi ke bagian daginger dan tulanger.
Beruntung bagi lidahku, diriku sendiri seorang pecinta proses memasak. Menjadikan memasak sebagai sebuah proses paling pengasyikan dan menghibur. Para ekspatriat di villa ini semua sudah pernah bilang yummy, untuk semua jenis masakanku. Kutahu juga dengan pasti transmisi untuk tulanger dan daginger berjalan lancar hingga suatu saat ketika sama sekali tidak ada uang untuk sekedar membeli kemangi. Wuuuahhh…pilihan pada masakan barat. Kali ini bukan soal gizi tapi kombinasi gizi dan selera kampung di lidahku memang tingkat tinggi. Karena itu pula seperti lidah merindukan rasa dui, dan aku merindukan sophia ☺
Menyenangkan juga ketika beberapa kali para bule yang berseliweran atau datang dan pergi di villa ini sudah pernah merasakan masakan ala chef lian. Setidaknya Sue pernah mengakui saya seorang pemasak yang detail. Dan Sophia paling suka kalau sudah ikut duduk di tangga melihat mamanya memasak, lalu menurun pada bakatnya meminta oleh-oleh semua jenis peralatan dapur untuk dipakai memasak atau protes jika tayangan acara masak-masak di televisi diganti dengan kartun (hmm...she supposed to be a chef??he h) Ah ya, tentu saja, memasak bukan hanya sebuah hobi tapi ekspresi perasaan, pada setiap bumbunya. Jadi, makan bukan hanya soal berapa porsi yang masuk, atau berapa harga setiap bahannya tapi perasaan apa yang dimasukkan sebagai bumbu ajaibnya.
Makan kali ini terasa lebih mudah, tanpa larangan. Yang harus dilakukan hanya makan, makanan sehat. Karena itu lebih mudah untuk kombinasi tempe digoreng atau disantan,direbus, dibuat perkedel, atau tahu bersama cumi-cumi, tidak lupa ikan tuna bumbu pelangi, telur sebagai makanan pembuka setiap saat (katanya membantu sebagai lem pada tulang..hm), juga semua sayuran hijau dan ungu yang bisa ditemukan di pasar tradisional, pun harus mencarinya di supermarket.
Hobi makan memang sudah dari sana, tetapi kali ini dikombinasi dengan kebutuhan para danginger dan tulanger yang mungkin sedang berkeringat di dalam sana untuk bekerja menyesuaikan diri, memperbaiki transmisi, mencoba saling berkomunikasi, hingga bisa saling menerima dan saling menyakiti. Bolehlah dianggap itu semua jadi bagian dari alasan selera kali ini :-)
Sehingga bisa berkata:
ayo makan....!!
sssttt...i love this moment!
Step Project – Makan. Tempe,tahu,telur,ikan tuna.Tiga kali sehari atau lebih, semua jenis makanan bergizi, berkalsium, berselera kampung…dan mengharapkan ada yang menyelundupkan sagu..untuk kaki yang sudah mulai ringan dan terasa seperti dua tahun yang lalu (sedang apa di dalam sana?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar