Laman

Dosis


Days on Recovery Process

Jadwal kunjungan ke dokter menjadi menyenangkan tentu saja karena setiap berita yang mengikutinya dalam pertemuan itu membuat napas lebih panjang. Ini menjadi lebih semacam liburan setiap minggu setiap kali jadwal itu tiba. Kali ini bukan hanya karena dapat melihat jalanan tetapi juga memenuhi selera mata dan memanjakan perasaan. Kurang lebih. Maklum, waktu berkunjung mengingatkanku pada semua kesempatan yang pernah dilalui sebelum dua tahun yang lalu. Perjalanan selalu menyenangkan karena bertemu dengan banyak orang dan mengekplorasi diri untuk belajar.

Jalan yang dilalui selalu sama sejak minggu kedua pasca operasi. Villa Lokapala menuju Rs. Sanglah. Jalan yang ditempuh 1,5 jam itu membutuhkan variasi yang tidak murah namun menyenangkan.

Supermarket Bintang, adalah lokasi jalan memutar menuju Sanglah. Belanja tentu saja adalah maksudnya. Pada awal kunjungan, karena kesulitan akses dengan pasar maka sayuran dan segalanya dibeli disini. Senang bertemu ikan tuna dan kemangi. Heran mengapa kemangi tidak bisa ditemukan di pasar tradisional? Yogurt, kemangi, daun sereh dan DVD film jadi menu belanja seharian.

Tentang DVD film?ah ini setelah menghabiskan puluhan film di box film Sue di kamar dan menemukan serial korea menarik menghabiskan malam :-) . Penjual DVD di Bintang memberikan diskon khusus bagi orang cacat ha ha ha…no way, bagi orang Indonesia. Di Bali, rupiah dibagi dalam dua harga, harga Indonesia dan harga foreigner. Harga foreigner lebih mahal hinggal 40% dari harga yang diberikan kepada orang Indonesia. Jadi ingat hal yang sama ketika berkunjung di Istana Thailand (waktu itu mengambil Sekolah Peace Building yang menyenangkan), harga tiket kunjungan yang diberikan ke turis luar negeri dan turis dalam negeri berbeda. Sangat menyenangkan ketika berhasil lolos dengan harga turis dalam negeri hanya karena wajahku wajah Asia, dan tampil polos lugu berbicara sedikit dalam bahasa Thailand (diajar kilat oleh Pam, saat itu tujuannya untuk menguji kemampuan bukan untuk mendapatkan harga murah, ha ha ha…another excuse). Karena dipercaya sebagai orang Thailand, saya satu-satunya yang lolos dengan harga dalam negeri diantara 25-an peserta sekolah lainnya. Mas Ari, teman Indonesia dari Jogjakarta dan Shukdeba, kawan dari India yang juga mencoba berakting orang Thailand, gagal total ha ha ha. Kami bahkan merayakan kelulusan berwajah asia malam itu dengan minum teh dan kopi...anyway, salah satu film buruan yang belum dapat bajakan aslinya (maksudnya yang kira-kira seperti asli dalam visual maupun sound, namun bajakan...maaf pembuat film, anda dah dapat untung kan, ini soal akses bung...he he,oke oke...excuse) adalah The Pirates of Carribean..sayangnya hingga saat menulis ini belum berhasil mendapatnya.

Ada dua jalan menuju Bintang. Jalan pertama akan melewati lokasi wisata, baik Monkey Forest maupun lokasi belanja antic khas Bali, termasuk melewati Museum Antonio Blanco, museum pelukis eksentrik yang dikenal karena lukisannya yang selalu memilih model perempuan telanjang dalam berbagai posisi, maupun juga dikenal aneh karena tidak pernah meninggalkan rumahnya sejengkalpun sejak tahun 1990an (ini penelusuran bersama Devin). Agak sedikit macet di jalanan ini karena para turis tumpah ruah di jalanan. Yana agak lebih senang karena bisa menikmati gaya para turis di jalanan he he.

Jalan kedua ke Bintang, dan ini favorite saya, melewati lokasi persawahan dan rumah-rumah khas Bali. Sangat nyaman dan menyegarkan mata, meskipun seringkali prihatin dan cemas ketika melihat ada bule dan seorang Bali sedang melihat-lihat lokasi persawahan. Hm, gejala awal penjualan. Jika melewati jalanan ini, baik Bli Wayan maupun Oka, juga Made selalu memastikan bahwa lokasi persawahan unik khas Bali (dengan teraseringnya) mungkin tidak akan bertahan selama sepuluh tahun ke depan. Beberapa vila milik Bule banyak berdiri di antara persawahan atau dipinggir jalan. Ubud, memang terkenal sebagai lokasi ekspatriat di seluruh Bali. Jalanan disini berbelok-belok tajam namun indah dengan pemandangan persawahan. Hanya ramai jika ada upacara adat Bali. Juga bersih.

Dari Bintang ke Sanglah setelah masuk Denpasar, juga ada dua alternative jalan yang selalu dipilih. Wayan dan Made selalu memilih jalur pantai Sanur. Di jalur ini akan menjumpai puluhan deretan para buruh asal jawa, khususnya Banyuwangi, yang menunggu di sepanjang jalan (jalur kiri) dengan sekop di tangan. Menurut cerita Wayan, para buruh ini bekerja setiap hari dengan bayaran 50.000 setiap satu mobil truk yang mengangkat pasir atau batuan untuk diletakkan di satu box khusus. Peraturan pemerintah Daerah Bali ini patut dipuji. Pendirian bangunan di dalam kota tidak mengijinkan dibawanya pasir atau batu dan material lainnya langsung dari lokasinya ke lokasi pembangunan, namun harus ditempatkan melalui jalur box di sepanjang jalur by pass (rupanya ini tempat yang disetujui oleh Pemda untuk suplai material pasir dan batu). Para buruh asal Jawa ini yang bekerja setiap hari menyalurkannya. Di jalur ini juga akan berjejeran dalam setiap jarak 100 meter penjual buah-buahan. Semangka, jagung dan ubi jalar adalah tiga jenis utama yang dijajakan. Masih di kiri jalan dalam jalur ini juga banyak terdapat furniture khas, paling banyak air terjun kecil dari keramik, mulai dari bahan batu, hingga kaca. Menyenangkan melihatnya setiap waktu untuk cuci mata sambil pura-pura memilih yang mana untuk bagian dalam dan bagian luar rumah milikku nantinya (sejujurnya karena impian rumah sudah sangat jelas dalam benak-bentuk,model,posisi dan sebagainya, furniture ini melengkapinya jadi sempurna, hah..another dream).

Sementara Oka memilih jalur dalam kota. Seperti biasanya kota-kota di Indonesia, macet dan tidak menarik. Satu-satunya yang khas dalam jalur ini adalah pasar pisang. Jalan tembus ala Oka untuk menghindari lampu lalu lintas he he. Setelah tiga kali melewati jalur dalam kota dengan Oka, saya akan menolaknya lagi dan hanya akan menyetujui jalur itu jika jalan jalur Sanur dipastikan macet oleh kunjungan turis dalam masa liburan.

Desa Batu Bulan adalah satu jalur utama yang akan dilewati apapun pilihan jalur alternative lainnya. Seperti namanya, desa ini merupakan pengrajin utama di Bali yang memproduksi furniture dari batu. Mulai dari aksesori lampu, interior dalam rumah, taman hingga patung-patung khas berbentuk wanita cantik memegang seruling, memegang pot yang memancurkan air, atau hanya telanjang dengan wajah sendu, termasuk patung Budha, juga berbagai bentuk wajah manusia atau kombinasi manusia dan binatang nampak berjejer di kiri kanan jalan.

Uniknya meskipun dinamakan Batu Bulan, semua batu yang diasah jadi cantik ini diimport dari Jawa, khususnya Jogjakarta dan Magelang. Ini menegaskan pernyataan Wayan bahwa banyak dari pekerja di Jawa bekerja sebagai buruh di Bali atau paling tidak sebagai penjual makanan, dan suku lain banyak bekerja di bisnis yang berkaitan dengan makanan atau elektronik, tapi kalau soal kesenian dan budaya, serahkan pada orang Bali. Masuk akal. Mengingat beratnya yang tidak tanggung-tanggung menjadi sangat heran ketika mendengar penjelasan Oka dan Made bahwa harga angkutan batu-batu yang belum diasah jadi patung ini cukup murah. Menjadi mahal setelah diasah dalam berbagai bentuk oleh tangan-tangan terampil anak-anak Bali. Setiap satu patung berukuran kecil setinggi 2 meter saja akan mengorek isi kantong seharga 750 ribu. Jadi jangan bayangkan berapa harga patung setinggi 7 meter dengan bentuk yang unik, bisa mencapai ratusan juta. Beruntungnya para pemahat ini karena arsitektur Bali mau tidak mau mengharuskan setiap orang memiliki pahatan batu itu di setiap rumahnya atau halamannya.

Peraturan pemerintah daerah Bali yang lain yang patut diapresiasi adalah bahwa semua bangunan di Bali harus berciri khas arsitektur Bali. Ini menegaskan kecintaan orang Bali pada budayanya yang membuat mereka lebih dikenal di dunia, bahkan lebih dikenal dibandingkan Indonesia :-) . cool. Itu pula sebabnya disepanjang perjalanan, semua rumah,kantor pemerintah,bank,hotel,motel,rumah makan, toko memiliki paling tidak satu kkhas arsitektur Bali. Satu-satunya perumahan yang saya jumpai dalam perjalanan yang kurang menggunakan gaya arsitektur Bali adalah perumahan pegawai pemerintah di Denpasar (masih lupa perumahan apa).

Ide. Salah satu bagian rumahku nantinya akan memiliki teras atau setidaknya pendopo khas Bali. Make it sure….

Perjalanan kunjungan terasa lebih menyenangkan dan sangat lengkap dengan wisata makanan. Mungkin ini alasan pokok kedua dalam setiap kunjungan yang membuatku sangat bersemangat dalam setiap kunjungan. Masih ada dua pilihan jalur wisata makanan. Jalur pertama terutama jika dalam perjalanan berangkat menuju Sanglah melalui jalur Sanur, akan singgah di ekspatriat food ala Indonesia hi hi hi, yup betullll….dimana lagi kalau bukan di KFC atau Dunkin Donut. Pada kunjungan di minggu pertama hingga minggu ketiga, KFC dan Dunkin Donut addicted. Pernah, karena sangat lapar, memesan KFC dua potong besar di dalam rumah sakit, rasa lapar ditambah bosan menunggu memang paling sedang dipulihkan dengan makan. Betul????Minggu ke empat mulai mengurangi selera makan, mungkin setelah merasa puas, juga karena mahal ho ho ho ho ho …..Namun di jalur ini jagung dan semangka ada juga pilihan paling murah.

Jalur kedua lebih lidah tradisional eh nasional. Ikan bakar ditaburi rica pedas. Satu-satunya kelemahan untuk mengakses ini adalah karena terletak tepat di tepi jalan menanjak dan berbelok sehingga sulit untuk parkir tanpa menghalangi yang lain. Tapi kalau sudah berhasil dapat tempat parkir akan memesan dua sekaligus dalam porsi jumbo. Ah, semua tahu selera makan dan porsiku sekarang :-) not bad lah.. he he..Jalur pulang dari Sanglah juga akan melewati jalur yang sama namun arah bersebelahan sehingga wisata makannya lebih terpuaskan. Toko kecil buah-buahan di dekat pintu keluar Denpasar ke Kabupaten Gianyar jadi langganan setiap sepulang kunjungan. Pisang, apel, papaya, jeruk bergantian dibeli dengan takaran persiapan satu minggu setelah kunjungan berikutnya. Lalu martabak telor, yummy…!!Ada lagi, mie ayam paling tidak sudah tiga kali disinggahi di dua tempat yang berbeda.

Begitulah, perjalanan pengobatan akan sempurna dalam dosis makan.

Me: Begitu boleh? Kaki : Harus!! ,Tulanger dan daginger: horayyyyyy.......amunisi,amunisi
Diriku: kalian memang keren…ayo makannnnnn!!!!!!!

Step Project : Menambah dosis pengobatan dengan cuci mata dan kenyangkan perut. Menu kesehatan badan, pikiran dan kaki. Ini menyenangkan. Coba kalau dengan Sophia. Bisa kulihat binar matanya, atau kakinya melompat, tangannya menari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar