
One Day on Seventh Weeks
Seperti Yin dan Yang, begitu kira kira istilah keseimbangan digambarkan banyak orang. Saya ingin protes keras tapi kemudian, baiklah, setidaknya begitu gambarannya sekarang. Kaki menapak sudah lebih lancar, bahkan sedikit lebih lincah.Tapi hal lain mengikuti. Bukan, bukan soal rasa sakit di kaki. Lebih serius dari itu …(tanya:apa ada yang lebih serius dari rasa sakit di kaki?)
Di minggu kedua bersentuhan dengan bumi, dr. Wien membolehkan tambahan 5 kg lagi untuk berat beban di kaki. 10 kg. Jangan tanya bagaimana saya bisa menghitung 10 kg tepat di beban kaki. Mengikut kata dr. Wien “dirasakan saja bebannya” Jadi bukan dihitung tapi dirasakan. Like it.
Harus mengaku dengan senang hati saya sangat payah soal hitung-hitungan. Pernah (ini pengakuan yang memalukan tetapi bolehlah untuk menghibur kelanjutan tulisan ini), saking parahnya soal hitungan, gelar juara kelas dinodai dengan satu warna merah di raport. Fffhhhhhh….waktu itu (untungnya, he he..ini memalukan benar) yang penting adalah juara satu bukan angka di dalam raport. Nilai pelajaran sosial yang tinggi berhasil menutup angka merah di pelajaran matematika. Kecerdasan saingan (dulu masih disebut saingan, tapi mungkin karena dia saingan makanya waktu itu saya menyukainya ha ha ha,gubrakss) yang nyaris sempurna di nilai matematika tidak mampu menandingi jumlah keseluruhan nilai yang digabung. Dengan selisih 2 angka saja, saya tetap didaulat juara. Senang-senang saja waktu itu, soalnya berhasil mengalahkan “saingan” he he. Setelah kuliah saya baru menyadari betapa lucu dan memalukannya dan mungkin satu-satunya di Indonesia, seseorang disebut juara dalam kondisi seperti itu.
Oh ya, tadi soal Yin dan Yang. Well, singkatnya atau sederhananya ada saat untuk merasakan kegembiraan, ada saat kesedihan datang. Jadi jangan terlalu lama bergembira atau jangan terlalu lama bersedih. Kata berikut itu akan didengar selanjutnya sebagai sebuah nasehat. Tapia pa itu gembira dan apa itu bersedih. Tidak ada kata yang bisa menggambarkannya selain kata itu sendiri. Mengutip lagi dr. Wien, itu bukan untuk dihitung tapi dirasakan (hm…apa dr. Wien sudah jadi sahabatku ya?)
Tentu saja konsep Yin dan Yang lebih rumit dan penuh makna daripada apa yang kumengerti sekarang, meskipun apa yang ada sekarang tidaklah sederhana.
Langkah kaki di rumput hijau setiap pagi dan sore atau setiap kali berjalan meskipun dengan bantuan tongkat memang sudah semakin lancar. Proses ini berjalan lebih cepat dari yang dokter bayangkan. Sangat senang dengar kabar itu. Awalnya dokter bilang bahwa mungkin akan membutuhkan waktu 4 atau 6 bulan untuk bisa melihat perkembangannya dengan pertimbangan 2 tahun sebelumnya rangkaian otot dan tulang tertidur sangat nyenyak hingga lupa bangun.
Sophia juga semakin sering bertanya “kapan mama pulang?” kenapa lama sekali?apa mama sudah bisa jalan?sudah buang tongkat? Atau bahkan suatu hari dalam perjalanan pulang dari rumah sakit saat menelponnya, Sophia tiba-tiba teriak gembira mengumumkan “asyikkk…mama sudah di mobil, mama sudah dekat, mama sudah di jalan mau pulang” Membuatku tersekat dan buru-buru meralat “ Mama, masih dalam perjalanan pulang singgah ke rumah tante Sue dulu ya, setelah itu baru ke rumah” Dikiranya saat itu (saat kukatakan sudah dalam mobil di perjalanan) sudah di kilometer sekian perjalanan Palu-Tentena.
Ingin Pulang.
Hei, ini baru menyadari tulisan ini memutar memusingkan kepala.
Yah. Saat keriangan menyambut perkembangan yang luar biasa ini. Seseorang menyerah terhadapku. Memilih saya tidak terlalu baik lagi untuknya.
Step Project : Perahu Kertas…kemana dewa air membawa badai?sepuluh kilogram dan satu yang pergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar